Selasa, 04 September 2012

Berorganisasi, perlukah ?

Siapa yang mengenyam bangku pendidikan formal, pasti mengenal kedua logo di samping. Yang coklat sebelah kiri saat duduk di bangku SMA dan yang sebelah kanan saat duduk di bangku SMP.

Postinganku tentang OSIS alias Organisasi Siswa Intra Sekolah ini bukan bermaksud mengenang masa jadul yang sarat kenangan manis, halah .... Tapi karena sebuah permintaan ijin dari anak sulungku yang sudah duduk di kelas 2 SMP (sekarang disebut dengan kelas 8).

"Bu, aku ikut OSIS boleh gak ?"
Dua jawaban berbeda muncul dari mulut berbeda, spontan pula.

Aku menjawab, "Gak usah.".
Suamiku menjawab, "Ya, boleh !"

Loh ? Kok bisa kami tidak kompak menjawab permintaan ijin sulung kami, di depan anaknya pula. Maka argumen singkat pun meluncur, kebiasaanku dan suami bila berbeda pendapat.

Pendapatku : OSIS itu sibuk. Anakku tidak akan punya waktu untuk menambah hafalan Qur'an-nya. Sejak tahun ajaran baru ini, kami berdua memang memasukkan si sulung ke Rumah Tahfidz. Target hafalan Qur'an-nya lumayan banyak, maka aku kasihan pada kondisi fisiknya. Anak-anak OSIS banyak kegiatan, apalagi jaman sekarang gak seperti jaman dulu, kan ?

Tapi pendapat suamiku membuatku tertegun : Jangan seperti ayah. Ayah dulu gak pernah ikut organisasi. Sekarang menyesal. Ikut saja, pasti nanti ada manfaatnya.

Berorganisasi, bagiku memang identik dengan kesibukan. Dan jadinya ingatan jadul tentang OSIS kembali melintas. Bahwa aku pernah menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS. Dulu, memang tidak sesibuk sekarang. Tapi, dulu kami pernah mengadakan kunjungan ke sebuah Panti Asuhan dan memberikan sumbangan. Mengerjakan proposal bareng-bareng dengan meminjam mesin ketik sekolah. Fotocopy bareng-bareng. Semuanya bareng-bareng dan menyenangkan. Dan baru kusadari, bisa mengadakan kegiatan seperti itu bagi anak sekolah, sudah lumayan bagus, keren malah. Hihihi ....

Ternyata apa yang dikatakan suamiku itu benar. Kini, pengalaman berorganisasi walau seuprit itu, bermanfaat dalam organisasi dakwah tempat aku berkecimpung saat ini. Yang mana dalam organisasi ini, suamiku mengambil posisi sebagai anggota pasif. Ya, karena itu tadi. Dia merasa tidak nyaman dengan berorganisasi.

Ternyata berorganisasi membuat kita belajar banyak hal.

Beramal Jama'i
Sebuah organisasi pasti mempunyai visi dan misi. Visi dan misi ini tidak bisa diwujudkan oleh satu orang saja. Perlu banyak orang dengan hak dan kewajiban masing-masing. Dari sinilah kita belajar bagaimana bekerja sama, melakukan amal secara berjama'ah. Sebuah pekerjaan yang dikerjakan berjamaah akan terasa lebih ringan bila dikerjakan seorang diri. Dan lebih menyenangkan, tentu saja. Jamaah oh jamaah ....

Berlelah-lelah demi sebuah tujuan
Ya, pasti kesibukan akan menguras tenaga. Tapi lihatlah, orang yang aktif dalam sebuah organisasi. Dia seperti punya lebih banyak waktu untuk mengurus organisasinya. Rela berlelah-lelah, mengorbankan waktu dan tenaga, bahkan biaya. Kadang demi sebuah kegiatan sederhana, demi orang lain, tidak diliput media, tidak ada reward atau penghargaan dari siapa pun. Hal yang tidak terbiasakan pada orang yang tidak berorganisasi.

Terbiasa dengan Musyawarah
Kelihatan sekali memang, orang yang tidak berorganisasi atau kurang aktif berorganisasi. Contoh sederhana adalah suamiku sendiri. Dalam organisasi dakwah, sedikit saja hal yang kurang sreg di hatinya, dia akan menarik diri, memilih untuk pasif. Sedangkan aku cenderung untuk .. ayo, gimana caranya agar masalah ini cepat selesai ...
Musyawarah adalah cara yang tepat untuk mengasah keegoisan pendapat pribadi menjadi menerima pendapat orang lain. Beda kepala, beda isi beda keinginan. Nafsu memang cenderung untuk mementingkan isi kepala sendiri. Tapi, dengan musyawarah, belajar bertenggang rasa. Jadi ingat butir-butir Pancasila, tapi lupa sila berapa, butir berapa ...hehehe.

Terbiasa dengan birokrasi dan berpikir taktis
Organisasi pasti akan bersinggungan dengan birokrasi, terutama bila berkaitan dengan proposal dana. Pasti deh, terbentur ini dan itu. Memasang muka tebal ketika menyorongkan berkas proposal. Ditolak halus atau kasar sudah biasa. Tapi semua itu akan membuat kita berpikir taktis. Mencari ide atau gagasan yang tepat dan kreatif agar sebuah kegiatan dapat terselenggara.

Akhirnya, aku pun setuju si sulung ikut OSIS. Dengan keyakinan yang aku tuangkan di tulisan ini, bahwa hal itu akan bermanfaat bagi dia kelak. Walau tak pelak nanti dia akan lelah fisiknya atau habis waktunya. Toh, dia punya back-up besar, hafalan Qur'an-nya. Aamiin.

Tinggal aku yang sekarang tercenung melihat daftar barang yang harus anakku siapkan untuk ospek OSIS. Tentu saja, dia tetap lari ke ibunya, meminta disiapkan semuanya. Sekarang jadi pengurus OSIS saja ada ospeknya. Berikut daftar barangnya, yang membuat aku berpikir keras. Karena setahuku, kalau ospek disuruh membawa barang-barang seperti ini, pasti ada jebakannya.

  1. Nasi tiga warna
  2. Ayam sepupu
  3. Aqua bersegel 1770 mL
  4. 3 butir telur militer
  5. 3 biji salak
  6. Sayur asam
Kalau salah membawa akan dihukum. Tapi biar sajalah. Toh hukuman akan membuat anakku tersayang akan semakin kreatif .... hehehe.


14 komentar:

  1. Smp dan sma aku aktif di osis, cuma pas kuliah males. Tdk tertarik melihat senior yg sok, selalu bicara tentang arus bawah, akar rumput, but exactly nol. Dari situ jadi gak sreg

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau jamanku dibuat santai mbak afin. mungkin beda jaman beda gejolak organisasinya. tapi memang bener kerasa kok manfaatnya.

      Hapus
  2. Sukaaa bgt tulisan mb amalia , bergizi sekaligus renyah n kocak :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. masa sih kriuk-kriuk mbak ? sedang berpikir keras nyari syarat ospek si sulung nih

      Hapus
  3. wahahaha, ingat jaman dulu pas masih Aliyah. aku ditunjuk jadi, wahahahaha, ketua OSIS dan itu adalah masa2 terberat dalam hidupku. tapi memang beda kok mbak antara anak yang aktif di organisasi dan tidak nanti saat masuk dunia kerja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Arul, dirimu anak OSIS juga ? kelihatan kok dari jauh ...hahaha. Nanti di rumah tangga juga bermanfaat kok, bener.

      Hapus
  4. saya sama kayak suaminya mbak amalia berarti.. ga punya pengalaman organisasi .. kuper :(

    btw, saya jadi ingat jaman kuliah, kawan-kawan saya yang aktif di lembaga sekarang malah banyak yang berlanjut berkarir jadi anggota dewan. benar-benar melenceng dari jurusan sewaktu kuliah jadinya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa dimulai dari sekarang mbak, banyak kok organisasi di sekitar kita, PKK juga bisa .... hehehe.

      Iya, teman saya juga ada. Akademisnya meneketehek gitu, tapi subhanallah pas di organisasi2 besar, mereka berkibar. potensinya di sana memang.

      Hapus
  5. Kalau saya setujuh untuk ikut pengurus OSIS juga kaau terpilih ..heheh *ntar klo pny anak... pengalaman saya seperti suami mbak Amalia, sy ga pernah tuh terpilih jd pengurus OSIS cuma ikut extra kurikuler saja, padahal dl sy pingin bgt.
    Alhamdulillah saat udah ga skul malah bisa ikut organisasi kepenulisan FLP dulu di wilayah HKG. banyak sekali yg sy dapat dr sana mbak, termasuk berani bicara di depan umum. Saya belajar dari organisasi. Termasuk mengesah mental saat dikritik dan saat menyampaikan pendapat. :) TFS mbak Amalia...joint juga di blog mell yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Organisasi banyak manfaatnya, karena banyak kepala berbeda dalam satu forum.
      Semoga cepet punya anak mbak, biar jadi Ketua OSIS, hehehe. Aku sudah follow blog-nya

      Hapus
  6. Sip ... alhamdulillah ibunya "kembali ke jalan yang benar"
    *Eh?*
    ^___^

    SAya paham pendapat mbak dan suami pada awalnya. Tapi memang berorganisasi itu insya Allah kelak ada gunanya buat si sulung :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, berkat dukungan temen2 aku bisa kembali ke jalan yang benar. Makasih dukungannya mbak :D. Iya, semoga si sulung mendapat banyak manfaat. Aamiin.

      Hapus
  7. hehehe... dulu, OSIS itu waktu jaman kuliah jadi lambang senior dan junior buatku dan teman2..
    "Eh, diem lo, lambang masih tut wuri handayani aja ikutan komen." (pas masih jadi anak sma dan smp)
    "Eh, psstt, ada osis imut tuh lewat." (pas udah kuliah dan melotot liat daun muda lewat)
    hahahah.. kagak ada hubungannya ama organisasi.. eh.. jadi OOT dong komennya? ups...

    BalasHapus
    Balasan
    1. mbak ade, semua tentang masa biru dan abu2 tuh kenangan yang gak terlupakan deh.
      tapi ada bekasnya gak mbak sampe sekarang soal junior dan seniornya ?

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya ....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...