Jumat, 31 Agustus 2012

MALING


( Cerpen ini adalah cerpen pertamaku yang dimuat di Colosseum Radar Bromo - sekarang  Ruang Publik Radar Bromo . Dimuatnya cerpen ini melecutkan semangatku untuk menulis lagi setelah mati suri menulis selama 5 tahun )

Setidaknya aku bukan maling ayam seperti seorang lelaki ceking yang meringkuk di pojok sel. Asyik menekan-nekan memar di kedua kakinya. Juga di sepanjang kedua lengannya. Wajah serta lehernya. Yang aku yakin, semuanya bekas tendangan kaki warga yang menangkapnya. Bengkak dan merahnya, membuat aku meringis.
Setidaknya aku juga bukan maling keperawanan gadis tetangga, seperti lelaki bertato yang tidur mendengkur sejak tadi. Sepertinya, dia puas sekali dengan tindak kejahatan yang dilakukannya dua hari yang lalu. Dan tampak jelas,  dia juga  masuk ke dalam sel ini dengan kenikamatan, alias hampir tidak ada luka di tubuhnya.
Dan, aku juga bukan maling uang rakyat, seperti seoarang anggota dewan yang duduk dia lantai menyandar di tembok sel yang dingin, dengan baju masih rapi dan necis. Tampak sekali dia tidak nyaman dengan ruangan pengap, kotor, dan bau keringat berkolaborasi dengan daki dari masing –masing penghuninya.
Tapi, dengan berada dalam sel ini, bukan berarti aku bukan maling. Aku juga maling, tapi tidak seperti mereka bertiga.
“Kamu cuma pinjam uang ?” tanya si maling ayam, penghuni pertama sel, sebelum aku dan si lelaki bertato.
Aku mengangguk ringan. Si Maling ayam  memandangiku dari ujung rambut sampai ujung kaki.
“Ya … dan aku berniat  mengembalikannya ….. kapan-kapan …”
Si maling ayam tertawa kering. Aku yakin, dia pun pasti sama denganku. Hanya meminjam ayam untuk sementara, dan kalau sudah punya ayam, pasti akan dikembalikannya.
Bukankah, pada dasarnya, manusia tidak akan menjadi maling kalau dia tidak sedang membutuhkan ?
Si lelaki bertato masuk keeesokan harinya sambil memelintir cambangnya yang tidak lebat. Dia tersenyum, puas tapi getir.
“Kau juga berniat mengembalikan apa yang kau curi ?” tanya si maling ayam polos.
“He… he …. Tentu saja tidak. Tidak akan ada gantinya, kecuali aku dikawinkan sama dia … he … he … “
Dia kembali terkekeh, puas tapi getir. Aku memandangnya jijik. Aku sendiri, walau cintaku ditolak oleh Sutin, aku tidak pernah terpikir untuk menghamililnya. Aku masih punya rasa hormat pada wanita tentang satu hal itu.
Aku cuma meminjam uang dari koperasi tempatku bekerja. Aku cuma ingin menyenangkan hati Lik Mi, janda tua yang membesarkanku. Dia selalu merengek-rengek bila melihatku menghitung  uang kreditan dari nasabah yang belum kusetor ke koperasi. Dia selalu mengungkit-ungkit masa kecilku yang ditinggal begitu saja oleh emak dan bapakku. Kurus, kering, korengan, tidak terurus. Kalau saja tidak ada dia, aku pasti sudah membusuk di tempat sampah. Dia selalu menghitung-hitung biaya yang dia keluarkan untuk menyekelohkanku, dan belum ada yang kukembalikan padanya.
Dan wajah keriputnya begitu bercahaya saat uang setoran satu minggu itu ada di tangannya. Dia menatapku takjub seolah melihat malaikat yang turun dari langit. Dan omelannya pun tidak terdengar lagi sampai beberapa hari,  bahkan sampai hari ini, karena tentu saja aku sudah meringkuk dalam sel.
“Cuma lima juta ?” cibir si necis, sang maling uang rakyat.
Aku mengangguk. Si necis tergelak. Aku hanya diam. Aku yakin, yang dia maling pasti ratusan kali lipatku. Dan dia bisa tertawa begitu enaknya. Tapi di ruang pesakitan ini, bukan saatnya lagi aku membicarakan hal itu dengan berapi-api seperti biasanya dengan sesama teman, sambil minum kopi hangat di warung.
“Lek Mi pasti akan datang ….. menebusku ….” gumamku pelan, “aku tahu, dia sangat sayang padaku, dan tidak bisa hidup sendirian.”
***
Si necis keluar dalam tiga hari, entah kenapa. Mungkin dia bebas atau pindah sel ke polres. Si lelaki bertato menyusul siang harinya. Katanya, dia jadi dikawinkan sama gadis yang telah dia maling keperawanannya. Tinggal si maling ayam. Siapa yang mau menebus dia ? Ternyata, emaknya menebus dia sehari kemudian. Aku yakin, di rumahnya emaknya menggelar syukuran sembari menyembelih ayam.
Seorang lelaki datang tergesa siang itu, menghampiri selku. Pak RT.
“Jok….. lek Mi  mati …. “ bisiknya dari balik jeruji sel, “semalam dia dirampok.”
Aku menatap ke luar sel. Wajah bercahaya Lek Mi tiba-tiba memudar dalam pandanganku. Kulihat ada seorang lelaki dipapah dua polisi menuju ke arah selku. Sepertinya, timah panas telah menembus betisnya.
Pak RT kembali berbisik, “Dia rampoknya ….”

Rabu, 29 Agustus 2012

Hidayah itu Mahal

hidayah itu mahal
tidak bisa dibeli apalagi dijual
di jalanan tak ada yang mengobral
hanya bisa digenggam oleh orang yang berakal
karena kehendak Allah adalah kekal

Selasa, 28 Agustus 2012

Pekerjaan Domestik Bukan Kewajiban Istri

Berawal dari lebaran kemarin. Berhubung semua keluarga berkumpul, walhasil yang namanya memasak dan mencuci piring tidak pernah usai. Dan dalam kegembiraan itu, kadang muncul sebuah pertanyaan besar di lubuk hati, kenapa harus kami para perempuan yang melakukannya ?

Karena perempuan pinter masak ? Tidak juga, banyak koki yang notabene laki-laki gagah dan atletis. Perempuan kalah jago masak dibanding mereka.

Karena perempuan bersih kalau cuci piring ? Walah, ini apalagi. Tukang cuci piring di resto-resto itu kebanyakan laki-laki. Juga tukang sapu atau tukang pel di perusahaan atau pabrik.

Kayaknya, tema ini menjadi begitu kontroversial bagi keluarga kami. Mengingat sosok ibu kami adalah Totally Housesife. Semua pekerjaan rumah adalah tanggung jawabnya. Bapak hanya bertugas mencari nafkah. Sehingga pola itu tersimpan di memory kami sebagai anak, bahwa kewajiban istri adalah menuntaskan semua pekerjaan rumah. Well, kita sebut ternyata tidak sedikit. Mencuci piring, memasak, menghidangkan makanan, membereskan meja makan, mencuci baju, menjemur, mengangkat jemuran, menyeterika, menyapu rumah, mengepel rumah, menyapu halaman, menyiram bunga dan halaman. Masih ada lagi belanja. Belanja makanan dan pakaian. Terus, membantu mengerjakan PR. Apalagi ? Mencari buku atau pensil yang keselip entah di mana. Wuih ... kalau dihitung dengan jemari di tangan gak akan cukup.

Gak usah dibangdingkan dengan kewajiban ayah mencari nafkah deh ! Jelas lebih mbulet urusan istri di rumah !

Lalu, benarkah itu semua kewajiban istri ? Yang bila dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan mendapat dosa ? Helooooo .... kalau mau dicari ayat atau hadistnya jelas gak ada yang menyatakan tugas seorang istri adalah mencuci dan memasak.

KEWAJIBAN adalah pekerjaan yang tidak bisa dipindahtangankan ke orang lain begitu saja. Harus dikerjakan sendiri.

Dan satu kewajiban yang jelas bagi seorang istri adalah : Melayani Suami. Ini tidak bisa dipindahtugaskan ke  orang lain begitu saja kan ? Suami harus kawin dulu dengan orang lain bila istri ingin melemparkan kewajiban ini pada orang lain.
Sedangkan pekerjaan rumah tangga dan pendidikan anak, bisa dipindahtangankan ke orang lain begitu saja. Contoh, kadang bila ibu kita datang ke rumah dan melihat tumpukan seterikaan kita, tanpa diminta beliau dengan suka rela membantu menyeterika. Terus bila anak kita salah mengucap kalimat, kadang tetangga yang membetulkan.
Intinya, semua pekerjaan yang selama ini kita anggap sebagai kewajiban istri, BISA dipindahtangankan ke orang lain, baik itu dengan sukarela atau dengan upah. Dan itu artinya bukan kewajiban. Tapi KEBAIKAN. Kebaikan itu bila dikerjakan akan bernilai pahala. Gak dikerjakan ya gak dapat pahala.

Tapi beda konteksnya kalau kebaikan itu dijadikan perintah oleh suami. Misal, suami 'menyuruh' kita mencuci, so ... kita wajib melaksanakannya, kalau membantah ya dosa.

Jadi sebenarnya, pekerjaan domestik itu kewajiban siapa ? Kalau saya bilang KEWAJIBAN SUAMI, apa para suami akan protes ?

Tugas suami adalah menafkahi keluarganya. Menafkahi artinya memberi makan dan pakaian agar keluarganya tetap hidup. Memberi makan artinya kalau istri atau anaknya mau makan ya tinggal makan. Mau pakai baju ya tinggal pakai.

Jadi ?


Minggu, 26 Agustus 2012

Pikiran Tidak Ruwet Lagi dengan Klik-IT

Sebenarnya aku tidak begitu mengerti dengan urusan per-kabel-an. Yang jelas, kalau sudah menyangkut urusan listrik dan kabel, selalu aku serahkan pada suami. Kadang juga beliau tidak sempat, jadi ya nunggu bapak mengunjungi rumahku. Beliau piawai dalam hal ini. Soalnya aku punya pengalaman mengerikan dengan benda bernama kabel dan listrik yang mengalir di dalamnya. Saat menyeterika, tahu-tahu kabel meletus dan mengeluarkan api pijar. Panik, gak tahu apa yang harus diperbuat. Jadi bisanya cuma teriak minta tolong. Apa semua wanita seperti aku ya bila terlibat urusan kabel dan listrik ?

Ada sebuah tawaran mereview sebuah produk untuk lomba blog. Sebenarnya bukan spesialisasiku, tapi terus terang saja nih, aku mupeng banget sama hadiahnya....hehehe. Dan kok ya kebetulan, lebaran kemarin aku berkunjung ke rumah kakakku. Dia seorang programmer. Dan lihat apa yang kutemukan di bawah meja kerjanya !

Satu steker dengan multitasking ... hehehe

Kakakku seorang programmer, dan dia jebolan Teknik Elektro sebuah PTN berkualitas di Surabaya. Sudah jelas, dia tahu apa bahaya kabel berseliweran di bawah meja kerjanya. Dan melihat pemandangan ini, aku jadi beranggapan, pekerjaan dengan komputer itu begitu ruwet begitu melihat kabel-kabel itu.

Pemandangan tepat di bawah meja komputer



Aku yakin, bahkan tikus pun gak berani lewat di bawah meja kerjanya. Apalagi komputer beliau ini selalu ON alias 24 jam hidup. Meskipun dia keluar rumah, komputer selalu online karena kepentingan pekerjaannya.





Belum lagi pemandangan yang ini. Beuh ... memang sih semua kabel ini tersembunyi di balik taplak penutup piano yang menjuntai hingga ke lantai. Tapi kalau terjadi arus pendek seperti yang aku alami ? 
Wassalam kan semuanya ?  Dan istri kakakku, sama dengan aku. Tidak begitu familiar dengan kabel dan listrik. Jadi kalau para lelaki beranggapan itu sudah aman, ya kami menurut saja, walau mata ini gataaaal dan hati ini kerap was-was melihat kabel-kabel berseliweran itu.

Kabel TV, kabel speaker, kabel piano bla .. bla .. bla ...

Nah, setelah melihat pemandangan di atas, jadinya aku tertarik dengan slogan sebuah produk. Klik-IT dengan produk terbarunya. Mudah pasangnya, rapih hasilnya. Produk itu adalah sebuah stop kontak dengan design  bentuk dan warna yang tampak elegan dan kokoh. Gambarnya seperti di bawah ini.



Dilengkapi dengan switch on/off “Single Throw, Double Pole” di setiap stop kontaknya, jadi kalau tidak dipakai tinggal tekan “OFF” dan listrik pun berhenti mengalir. Gak perlu cabut kabel lagi untuk menghentikan aliran listrik. Selain aman, juga sangat mudah dan praktis. Selain dapat dipasang di mana saja ( di tembok, kaca atau lantai keramik ) dan dalam posisi apa saja ( menggantung juga bisa ), memasangnya pun sangat mudah. Bisa dilakukan oleh wanita ! Wah, cocok buat saya. Tidak perlu lagi mengandalkan laki-laki, hehehe.

Tinggal Taruh, Tekan, Tancap alias 3T


Harganya masih terjangkau lo. Satu set berisi 10 meter kabel, 4 stop kontak, 18 kabel holder, releasebale cable ties dan kertas manual. Klik-IT adalah produk asli putra/i Indonesia. Wah, belum memakai saja sudah bangga kan ?

Kabelnya terbuat dari tembaga murni bersertifikasi SNI HV03VVH2-F 2x0.5 Sqmm 60227 dan sudah RoHS Free atau bebas dari bahan beracun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitar. Sanggup menahan beban sebesar 1500watt/rangkaian kabel. Terminalnya dari kuningan 99% jadi berdaya hantar sangat tinggi terhadap aliran listrik.

Cable Holdernya terbuat dari bahan transparan, jadi kalau dipasang di dalam rumah tidak akan mengganggu pemandangan, alias tetap bagus. Dan Cable Holdernya juga bisa dipakai untuk gantungan kunci atau dasi, hehehe. 

Releaseable cable ties gunanya untuk merapikan kabel Klik-iT yang tidak terpakai atau kabel dari perangkat elektronik yang terlalu panjang, dapat di lepas dan di pasang kembali. Jadi gak usah pakai gunting lagi dan dapat digunakan berkali-kali.

Kalau sudah begini, tinggal highly recommended deh buah kakakku yang programmer itu. Dan kayaknya biar aku atau istrinya aja yang masang :). Biar pikiran kami sebagai wanita tidak ruwet lagi.




Postingan ini diikutsertakan pada 









Minggu, 19 Agustus 2012

Syal Rajut Lebarrrr

Kalau lagi 'nganggur' ( aslinya sih gak pernah ngganggur ) nyempet2in menerima pesanan syal. Ngerjainnya 'seminggu' dalam hitungan hari efejtif, tapi faktanya bisa sebulan, hehehe. Tapi setelah jadi, puas banget, karena pemesannya sukaaa. Satu buat beliau dan satu buat emaknya, tapi yang jadi foto model diriku ....wkwkwk


Kayaknya lebih bagus yang putih ya, lebih terang gitu.


Aku suka syal seperti ini, bisa dipakai sambil mengendarai motor. Jadi jilbab tidak melambai-lambai tertiup angin.

Imunisasi Atau Tidak ?

WARNING ! Postingan ini isinya COPAS ! Hehehehe.....

Suatu ketika saya bertanya di salah satu Grup, tentang imunisasi. Pertanyaan ini muncul karena mengetahui beberapa teman ( bergerak di dunia medis ) malah anti imunisasi, sementara mereka bekerja di instansi kesehatan yang kerap menyelenggarakan posyandu untuk imunisasi.

Ada apa dengan imunisasi ?

Kontroversi imunisasi berseliweran di dumay. Masing-masing pihak, Pro dan Kontra mempunyai pertimbangan dan 'bukti' masing-masing. Dan hal itu telah membuat para ibu termasuk saya bingung. Yang mana sih yang benar ? Dan di grup ini saya mendapatkan jawabannya. Berikut adalah jawaban dari seorang dokter tentang imunisasi yang bagi saya cukup  komplit, dan telah mendapat ijin untuk copas and share dari dokumen grup. Berhubung malas ngetik ulang, walhasil dicopas berikut gambar dan linknya.



Imunisasi, Vaksinasi Dan Misteri Konspirasi


by : dr. Kartika Dewi [user: kartika.dewi.1238]

Imunisasi adalah salah satu program medis yang paling banyak menimbulkan reaksi di masyarakat.
Baik dari segi pembuatan, bahan-bahan, serta tujuannya.
 Saya sendiri sama sekali tidak memiliki hasrat untuk meyakinkan siapapun untuk mempercayai 'dokter'.
Sebab kepercayaan buat suatu hal yang bisa dibuat. Ia akan lahir dengan sendirinya bila saatnya layak.
Jadi yah, apa yang saya katakan berikut ini hanyalah pengetahuan dan pengalaman, baik dari saya sendiri, maupun dari keluarga saya, yang besar di lingkungan medis.

| Perkembangan Vaksin

Perkembangan vaksin dari pertama kali ditemukan telah jauh lebih maju. Namun sejak ide ini pertama kali dicetuskan dan ditemukan, saya rasa, tidak ada niat jahat sama sekali dalam hal vaksinasi.
Untuk mengetuk dan melembutkan hati teman-teman, I'll remind you that one of our principles is, "First, DO NOT HARM...!"
  Dari zaman Hipokrates sampai Patch Adams, juga Paul Farmer, kami, para dokter (termasuk mahasiswa kedokteran, dan rekan sejawat), umumnya tidak ingin menyakiti siapapun.  
Namun, sama halnya dengan kontroversi AIDS (Sampai kini masih ada pihak yang menganggap HIV itu hoax lho), Flu Burung (Ini juga beritanya sebenarnya tumpang-tindih),
Kontroversi Vaksin juga mewabah menjadi tidak terkendali. Berita-beritanya serba tumpah-tindih. Awalnya sepele lalu menjadi teror. Mirip 'SMS Mama minta pulsa". :)

| Jenis-Jenis Vaksin

Vaksin bermacam-macam.
  • Ada yang dibuat dari agen yang dilemahkan atau dimatikan,
  • Ada juga yang berisi agen kontra dari target,
  • Ada juga dari serum antibodi,
  • rekayasa genetika, dsb.

Semakin kesini, semakin canggih, semakin diperbarui, diperbaiki kelemahannya, dan semakin bermacam-macam jenisnya,

| Vaksin – Di Sisi Lain

  Vaksin mendapatkan reaksi keras dikarenakan ada pihak-pihak yang tidak percaya pada vaksinasi. Misalnya:
 -Vaksinasi tidak 100% efektif.
Mengenai ini, saya pkir tidak ada hal yang 100% efektif.
Kenyataannya, pada suatu masa, ketika imunisasi dihentikan, wabah muncul kembali dan menelan korban jiwa. Contohnya di Stockholm; cacar, UK; pertusis, dll.
Walaupun tidak 100% efektif, kenyataannya vaksin 90% menurunkan angka kejadian jenis penyakit terkait. Yang artinya, menurunkan tingkat kematian dan kecacatan.

-Ada sekelompok orang yang percaya bahwa vaksin adalah bahan-bahan kimia yang berbahaya yang justru berupa bibit penyakit.
Sungguh saya ingin, mengajak, kalau bisa, kita semua jadi penemu, ilmuwan, jadi ahli lab. Agar kita semua bisa masuk dan melihat langsung untuk membuktikan hal tersebut.
Tapi saya tidak bisa.
Saya hanya bisa mengatakan bahwa isu-isu semacam ini digawangi oleh pihak skeptis. Data-data yang mereka sodorkan adalah rekayasa. Sementara saya sendiri pernah ikut mengumpulkan data-data imunisasi dan saya tahu betapa susahnya itu, Sungguh sakit hati rasanya melihat data-data palsu beredar dan meresahkan warga.

-Bahan pengawet.

Bahan pengawet apapun yang dimasukkan ke dalam vaksin, jumlahnya, kadarnya, dan alasannya, telah disetujui oleh badan-badan yang terkait.
Tahukah teman-teman sejumlah kecil formaldehid (formalin) memang terdapat alami pada buah--buahan. Itu kita makan setiap hari. Namun jumlahnya masih di bawah ambang batas normal.
Walapun kelihatan mengerikan, banyak bahan-bahan seperti ini yang terdapat secara alami dan aman. Namun semua itu ada nilai ambang batasnya.
Dengan ukuran dan pertimbangan-pertimbangan macam inilah, para ahli itu memasukkan zat pengawet pada vaksin. Jumlahnya aman untuk tubuh. Dan telah diukur masa metabolismenya di tubuh kita.
Zat pengawet ini diperlukan untuk menjaga mutu vaksin.
Sesungguhnya, jumlah garam dan MSG dalam makanan kita malah lebih meresahkan.

-Isu bahwa vaksin bisa menyebabkan autisme.

Inilah isu yang muncul tahun 1998. Namun dengan penelitian, pengusutan, dll, isu ini terbukti salah.
Hal tersebut sudah sepenuhnya diklarifikasi sejak awal 2000. Bahkan buku-buku yang memuat isu ini sudah sepenuhnya dihentikan dan ditarik pada 2010.

-Kesalahpahaman yang muncul di kalangan kolega-kolega lama
Kesalahpahaman yang muncul di kalangan kolega-kolega lama (ahli-ahli medis yang sudah tua) yang tidak meng-update pengetahuannya, atau mereka yang masih belum mendapat klarifikasi berhubung buku-buku yang beredar di Indonesia seringkali 10-20 tahun jauh tertinggal dari pengetahuan terkini. Nah, ahli-ahli ini sayangnya juga menularkan ketidaktahuannya.
Dan di luar itu semua, dokter juga manusia, bisa saja dia salah. Hasil ujiannya juga bukan A semua kok.

-Terjadinya adverse effect pada kasus-kasus imunisasi.

Sebenarnya ini adalah angka yang secara statistik sudah diprediksi.
Sebab, ada kemungkinan :
  • daya tahan tubuh anak memang sedang tidak baik.
  • Atau memang sebelum divaksin,bibit penyakit sudah lebih dahulu ada.
  • Bisa juga karena salah prosedur.
Karena itulah, WHO mempekerjakan surveilans yang bertugas, mencari, mendata, menganalisa kasus-kasus ini.
Karena Ibu saya pernah bekerja di bagian ini, maka saya sedikit paham.

-Banyak kesalahan administrasi vaksin di Indonesia.

Contohnya pemberian imunisasi campak yang seharusnya 2x menjadi sekali saja. Akibatnya, sampai hari ini campak masih merajalela. Ini karena masih berpegang pada teori lama.
FYI, campak yang berbahaya dan divaksin adalah Rubella.
Rubella berbeda dengan Morbili. Morbili lebih ringan dan cenderung tidak berbahaya. Dan Morbili ini yang sering muncul sekarang ini. Sementara Rubella, meskipun jarang, bisa mengakibatkan kebutaan.

-Sudah divaksin, tapi masih sakit?

Vaksinasi tidak bertugas mencegah 100% sama sekali tidak terjadi.
Namun membentuk antibodi. Bila antibodi ada, bila kuman menyerang, maka bisa dilawan.
Namun, antibodi yang ada pun, masih perlu diperkuat dengan gizi, kondisi lingkungan, dll.
Ada pula penelitian yang masih dikaji tentang lamanya efektivitas vaksin (yang diduga tidak seumur hidup).
Tapi setidaknya vaksin membantu. Jadi, kalaupun kena cacar misalnya, ya cacarnya tidak parah. Dulu waktu tidak ada imunisasi sama sekali, banyak lho warga Indonesia meninggal karena cacar.
BCG misalnya, juga tidak mencegah TBC sepenuhnya. Tapi penderita TBC yang pernah divaksin BCG, kemungkinan sembuh dan tidak sampai parah lebih besar. Ingat, angka TBC di negara kita sangat tinggi.

 
| Jadi?

Kalau menurut saya, lakukanlah imunisasi.

Kalau cuma cacar dan campak, mungkin kita bisa menyerahkan pada obat-obatan terbaru juga makanan bergizi.

TAPI KALAU POLIO?
Siapa yang tidak sedih kalau anak cacat seumur hidup, permanen, padahal bisa dicegah.
Masih ingat kan kasusnya di Jawa Barat sekitar tahun 2003-2004?

Namun, waspadalah!


| Perhatikan

  • Pastikan jarum suntik yang digunakan untuk vaksinasi adalah jarum suntik SEKALI PAKAI.
  • Pastikan buah hati kita tidak dalam kondisi demam atau sakit saat divaksin. Sebab saat itu daya tahannya sedang rentan. Vaksin membutuhkan daya tahan yang baik agar bisa terbentuk antibodi.
  • Setelah divaksin (vaksin tertentu), kadang-kadang bayi-balita demam. Demamnya biasanya bukan high fever [demam tinggi]. Ini wajar, menandakan terjadinya reaksi antigen-antibodi di tubuh anak.
  • Pastikan bayi-balita tidak memiliki alergi. Juga ada baiknya menelusuri riwayat alergi pada kedua orangtua. Bila ada riwayat yang mengkhawatirkan, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter anak.

"Nah, itu dulu tentang vaksin. Mudah-mudahanan menjawab keresahan hati teman-teman."
  Salam hangat selalu, Tika

============= Reference ===========

Primary sources:
?comment_id=10150982907861608&offset=0&total_comments=29

Baca Juga - Pandangan Keliru Terhadap Obat:
?comment_id=10150982951326608&offset=0&total_comments=30
  [matur suksma, Geg Tika  / trimakasih, Non Tika :)]

Secondary sources:

Kamis, 16 Agustus 2012

Kehilangan Anak

Kehilangan anak lebih menyakitkan daripada kehilangan harta benda yang paling berharga sekalipun. Pun, apabila bertemu dengan teman lama, maka yang dibanggakan pasti bukan harta atau pekerjaan, tapi anak.

Kejadian ini sebenarnya lucu, tapi juga menjengkelkan, tapi juga melegakan pada akhirnya. Ceritanya, di hari libur, aku ada kepentingan ke luar rumah. Si bungsu biasanya lengket sama aku, selalu ikut ke mana saja aku pergi. Tapi berhubung urusanku sampai siang, aku khawatir dia akan tertidur di sepeda motor. Maka, hari itu dia di rumah bersama suamiku, dan ketiga saudarnya.

Si bungsu yang hampir 'hilang' .... hehehe

Ternyata nih, menjelang siang, si bungsu tidak ditemukan di mana pun ! Si bungsu hilang ! Mencelos sudah hati ayahnya dan si sulung pun tak tahu lagi harus berdalih apa karena tidak menjaga si adik. Saling menyalahkan sudah pasti, tapi tak berhasil menemukan si bungsu. Mulai dari kulkas, lemari, kolong tempat tidur, menjadi sasaran pencarian, Tapi si bungus yang imut-imut itu tak juga ditemukan. Akhirnya, dicari keluar rumah sampai ke dalam rumah tetangga. Semua orang mulai panik, karena si bungsu tak juga ditemukan.

Hmm, cerita ini aku dapat setelah aku pulang. Bisa kubayangkan wajah panik suamiku dan si sulung. Saat aku masuk rumah saja, mereka masih tegang.

Dan, si bungsu ternyata di temukan tidur di balik selimut. Padahal selimut itu sudah dibalik tadinya, saat mencari dia. Mungkin karena sudah panik, jadi kurang jeli.
Waktu kutanya suami dan si sulung, kenapa gak telpon aku. Katanya takut aku marah. Hahaha !

Sabtu, 11 Agustus 2012

Alhamdulillah Anakku Sekolah di SDIT


Pilah pilih sekolah. Itu sudah pasti. Orang tua mana sih yang tidak ingin anaknya jadi anak yang sholeh dan sholehah ? Walau seorang ibu adalah madrasah keluarga, tapi tetap membutuhkan sebuah sekolah untuk masa depan buah hatinya. Sehebat dan sepintar apa pun ibu, tidak bisa menampik kebutuhannya akan sebuah sekolah.

Beberapa waktu yang lalu, saya menghadiri sebuah talkshow yang mengangkat tema tentang Kecanduan Seksual Pada Anak. Wow, tema yang tidak biasa kan ? Apalagi diselenggarakan di bulan Ramadhan. Hm, apa tidak menjurus ke rafas ( pornografi ) nih, membicarakan hal ini di bulan suci ? Ternyata tidak.

Pembicaranya seorang pemerhati dunia anak dan remaja, Bapak Sanyoto, S.Psi yang berkecimpung di dunia tersebut selama 29 tahun ! Jadi sudah tidak diragukan lagi pengalamannya berurusan dengan kasus-kasus 'seksual' anak dan remaja. Orangnya menyenangkan dan juga lucu. Jadi, penyampaian pada peserta talkshow tentang kasus-kasus seksual pada anak dan remaja yang dia tangani, tidak menjurus pada pornografi dan juga tidak menggurui.

Menurut Bapak Sanyoto, 80 % kecanduan seksual anak dan remaja berasal dari RUMAH ! Wah, bukankah itu basecamp kita sebagai sebuah keluarga ? Our home sweet home ? Ya, karena di rumah anak bisa leluasa menonton televisi dan menggunakan aneka gadget dengan leluasa. Apalagi bila orang tua sibuk bekerja. Tak pelak lagi, interaksi anak terhadap gadget tak terbendung lagi.

Ponsel, televisi, komputer, internet adalah media efektif yang membuat anak mulai berkenalan dengan dunia seksual. Game-game yang ada di internet, tentunya jarang bahkan langka yang tokohnya menggunakan baju koko atau jilbab kan ? Profil gambar facebook yang sensual dan foto-foto yang berusaha menampilkan 'kecantikan' dalam versi outer beauty. Ponsel pun kini dilengkapi dengan fitur canggih, membuat anak merasa semua terhidang di hadapannya dengan mudah.

Berdasarkan riset yang dilakukan bapak Sanyoto terhadap pasien-pasiennya, interaksi yang sering dengan aneka gadget tersebut, akan membuat anak dan remaja gampang 'berimajinasi seksual'. Sebuah awal yang mengerikan akan kecanduan seksual, yang tidak disadari oleh orang tua ! Astaghfirullah ....


Sibuk dengan Gadget

Saya tentu saja manggut-manggut setuju dengan semua yang disampaikan oleh beliau. Bila ada kasus 'seksual' terjadi di sekolah, maka pihak sekolah tentu saja tidak bisa disalahkan. Lha wong di sekolah tidak disetelkan televisi, bahkan ada sekolah yang melarang siswanya membawa ponsel. Lalu darimana kecanduan itu berasal ? Tentu saja dari luar sekolah, utamanya di rumah. Mengingat sekolah adalah lembaga resmi yang menjunjung tinggi etika moral, mustahil mereka mengajarkan tentang pornografi kepada murid-muridnya. Apa mau ditutup itu sekolah ?

So, bernafas legalah diriku, karena telah menyekolahkan anak-anakku di SDIT. Sebuah sekolah yang tidak saja mengedepankan akhlaqul karimah, tapi juga menanamkan pembiasaan dalam beribadah. Kalau nanti anakku mengenal 'Cibi-cibi' ( yang selalu bernampilan genit dan sensual ) dari teman-temannya, aku tidak akan galau. Sebab aku yakin, para ustad dan ustadzah di sana akan membimbing anakku ke jalan yang benar :). Terima kasih para ustadz dan ustadzah. Semoga Allah senantiasa menguatkan dan meneguhkan hati kalian semua dalam mengemban amanah yang tidak ringan ini.

Kembali ke laptop. Hee... gak punya ding. Beberapa solusi diberikan oleh Bapak Sanyoto kepada para peserta talkshow. Lebih sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak ! Ya, aku setuju itu. Beliau bahkan memberikan contoh kegiatan yang sebaiknya dilakukan oleh anak di rumah, yaitu main tebak-tebakan, untuk lebih mengoptimalkan daya pikir mereka, sehingga mereka tidak asyik dengan gadget.

Salah satu contoh tebak-tebakannya seperti ini ...

Sebutkan nama pahlawan yang berawalan dengan huruf Y.

  1. Yos Sudarso
  2. Ya Kartini
  3. Ya Pangeran Diponegoro
  4. Ya Imam Bonjol
  5. Ya ...
Semua pahlawan dong ! Hehehe......


So, ayo para orang tua, mari membatasi interaksi anak-anak kita dengan Gadget ! Jangan malu dikatakan ketinggalan jaman, yang penting anak kita aman. Di rumah saya, televisi sudah rusak berat, inet lelet puoolll, hape jadul. Bismillah. Hanya kepada Allah kuserahkan anak-anakku.

Jumat, 10 Agustus 2012

Cara Masak Rendang Yang Paling Gampang

Menjelang Lebaran, bagi keluarga kami identik dengan Rendang. Walau orang jawa asli, tapi berhubung suami orang Minang, Lebaran kuidentikkan dengan rendang, bukan opor ayam. Gak masalah sih, yang penting seisi rumah suka.


Kata orang, bikin rendang itu susah dan payah. Tapi, aku dapat resep dari suami, yang orang asli Padang daerah pedesaan. Jadi resep rendangnya super simple. Yang penting  ada daging dan kelapa ... hehehe.
Yuk, cekidot resepnya !

BAHAN :
1 kg daging
2 butir kelapa ( kalau kelapa mahal, 1 aja gak apa-apa yang penting tua)
1 bonggol bawang putih
1/4 kg cabai merah
bawang merah sejumlah 2 x bawang putih
garam sesuai selera
jahe sebesar telunjuk tangan
kunyit sebesar telunjuk tangan
5 daun jeruk purut
5 daun salam
2 batang sereh

ALAT :
wajan atau penggorengan plus sutilnya
saringan santan
cobek dan ulek-ulek bisa diganti dengan blender

PERSIAPAN :
  1. Daging dipotong melintang alias memotong alur daging. Supaya kalau makan, slilitennya gak terlalu panjang di sela-sela gigi .... hahaha. Terserah mau segede apa motongnya, atau mau dibentuk seperti apa.
  2. Parut Kelapa ( di selep-kan aja cepet ... hehehe, malas marut ) tanpa dikupas, karena kandungan santan terbanyak justru di kulitnya. 
  3. Peras kelapa menjadi 2 episode. Episode pertama akan menghasilkan santan kental. Episode ke-2 menghasilkan santan encer. Ulangi episode 2 ini sampai santannya encer atau agak bening.
  4. Ulek atau blender bumbu : cabai, bawang putih, bawang merah, jahe dan kunyit.

CARA MEMASAK :
  1. Tumis bumbu halus dan jeruk purut, daun salam dan serai. 
  2. Setelah harum, masukkan daging dan ukep sebentar.
  3. Masukkan santan encer, aduk-aduk sampai mendidih.  Kecilkan api ( cukup api biru saja ). Bisa ditinggal menulis atau fesbukan ...qiqiqi, tapi sekali-kali diaduk dong !
  4. Setelah daging agak matang, masukkan santan kental dan garam. Kalau sudah mendidih, jangan ditinggal lagi.
  5. Tanda bahwa rendang sudah jadi, adalah adanya letupan-letupan pertanda minyak sudah terbentuk. Matikan apinya.

Nah, rendang siap disantap. Awas kolesterol !




Kamis, 09 Agustus 2012

Kapok Jualan Takjil


Ramadhan pasti gak lepas dari takjil. Dan takjil bisa didapatkan dengan mudah. Mau yang gratis ? Ngabuburit saja di mesjid atau musholla. Pasti dapat. Mau takjil yang beraneka ragam ? Stand takjil bertebaran dimana-mana. Tinggal sedia kocek tebal kalau mau beli aneka takjil. Mau diantar sampai ke pangkuan tangan ? Tinggal telpon aja ke Layanan Pesan Antar, asal ada pulsa.  Mau yang sesuai selera, ya buat sendiri dong ... hehehe.

Dan, Ramadhan 2009 adalah Ramadhan pertama aku berjualan takjil. Gak ada rencana sebelumnya, karena di setiap Ramadhan, keluargaku selalu membuat takjil sendiri, gak pernah beli. Asal muasalnya adalah, TK tempat aku mengajar, tiba-tiba punya niat untuk jualan takjil. Hasil penjualan akan digunakan untuk kas TK. Walhasil, semua guru wajib menjaga stand takjil.

Dan, rencana pun dibuat dengan matang. Wali murid yang membuat kue, dan guru yang menjaga stand. Lokasi yang dipilih pun sangat strategis. Pas di depan pintu keluar karyawan/buruh Pabrik PT. Kertas Leces ( yang waktu itu masih beroperasi 100 % ). Kabarnya, stand takjil di sana selalu ludes, habis, tandas dagangannya, diserbu para karyawan.

Dan, hari H pun dimulai. Di hari pertama berjualan takjil, aku sendiri gak yakin tumpukan kue dari wali murid di dua meja stand kami bakal laku. Sebab di kanan kiri kami, juga ada penjual takjil dan mereka adalah pedagang lama, yang tidak hanya berjualan di bulan puasa saja. Mereka bahkan sudah mangkal bertahun-tahun di sana. Tapi Bismillah saja deh, toh niat kami demi kebaikan. Menambah kas TK dan akan digunakan sebagian untuk memberi bingkisan lebaran bagi penduduk sekitar TK yang kurang mampu. Jadi kami harus bersemangat ! 

Dan ..... menunggu detik demi detik karyawan keluar dari pintu gerbang. Dan bruuulllll .... seperti gerombolan semut yang ditiup, karyawan pabrik yang keluar langsung menyerbu stand-stand takjil. Tentu saja termasuk stand takjil kami yang terletak tidak jauh dari pintu gerbang. Dan satu hal yang tidak aku perkirakan sebelumnya, mayoritas karyawan itu laki-laki. Gak kebayang kan maluuuuuuuuuuunya !!!! Terutama bagi kami para guru-guru TK yang pemalu ( uhuk ...) dan bening-bening ini ( hueekk .... ). Dan herannya yang menyerbu stang kami adalah laki-laki. Duh, kok pembelinya gak ada yang ibu-ibu sih ?

Dan bertransaksi dengan laki-laki itu kurang menyenangkan ! Jujur saja, nyodorin uang saja pakai mesem-mesem, dan yang ditanya pun macam-macam. Rumahnya di mana kek, naik apa datang ke situ kek, kok rajin jualan kek .... huaaah ! Dalam hati aku menjerit, suamikuuu help me ! Besok aku harus bawa anak kayaknya.

Hari pertama benar-benar membuatku mati kutu karena malu. Dan sudah bisa ditebak, esok hari, guru yang bertugas berjualan mulai berguguran. Siapa yang tahan diserbu semacam itu ? Kami di sekolah biasa diserbu laki-laki imut bin menggemaskan yang gak keberatan sama sekali bila dicubit pipinya, hehehe .... Lah ini ?

Tapi demi kas TK dan bingkisan lebaran untuk kaum Dhuafa, lanjut !

Ternyata tidak semudah itu. Hanya yang kuat malu yang bertahan menjaga stand. Alias yang sudah punya suami seperti aku. Guru yang lain mulai mengajukan daftar alasan supaya tidak menjaga stand. Dan, yang lebih membuat kesal adalah, wali murid mulai berguguran juga menyetorkan takjilnya. Aku maklum juga, siapa sih yang gak capek membuat kue tiap hari ? Apalagi niatan awal memang bukan buat bisnis, tapi menambah kas. Jadi, biar kue laku, harga dibuat sedikit lebih murah.

Akhirnya, direschedule lagi. Guru yang tidak menjaga stand, harus buat kue. Eh malah tidak ada yang jaga. Akhirnya aku dan satu teman yang setia berjaga saja yang membuat kue dan menjaga stand. Huhuhu ....  Terpaksa deh kukeluarkan jurus andalanku, getuk. Paling murah dan mudah membuatnya. Dan, tingkat ke-laku-an alias ke-laris-an kue-kue kami mulai berkurang. Karena ya itu tadi, tidak ada variasi kue di meja kami. Hadeehh. Sepertinya, rencana ini tidak bisa diulang lagi Ramadhan tahun depan. Kapoook.

Kini tiap Ramadhan, aku selalu teringat kisah ini setiap ngabuburit dan berjalan melewati stand takjil. Mupeng juga melihat stand yang ludes takjilnya, pasti dapat duit banyak, hehehe. Yang jelas, aku kini gak jadi guru TK lagi dan kudengar TK-ku gak lagi membuka stand takjil. Memang kalau mau berjualan takjil, harus diluruskan dulu niatnya dan diikat dengan kencang. Karena puasa Ramadhan dan ibadah lain di dalamnya juga membutuhkan energi dan waktu tidak sedikit. Sayang kan kalau Ramadhan terlewat dengan amalan kosong di dalamnya. Kalau bisa berjalan seiring dengan jualan takjil, bisa dobel untung. Kalau tidak, ya seperti kisahku di atas tadi.

Kalau mau berjualan takjil, pikir-pikir dulu deh !



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...