Sabtu, 17 Agustus 2013

Papuma, Another Story of White Beach

Liburan hari raya kemarin, keluarga besar kami memilih Tanjung Papuma sebagai tempat wisata. Bukan tanpa alasan memilih pantai berpasir putih ini. Pertama, Tanjung Papuma masuk wilayah Jember, sebuah kota yang akan kami singgahi untuk bersilaturahmi dengan keluarga. Kedua, kami menyukai view-nya di Google Image. So, berangkat dah ....


Maap, aku lupa nge-download dari mana tuh gambar di samping. Yang jelas .... Subhanallah ...

Tanjung Papuma berjarak 28 km dari kecamatan Mangli - Jember. Satu arah dengan Watu Ulo, sebuah kawasan wisata yang sudah lebih dulu ada dan lebih dikenal masyarakat Jawa Timur dibandingkan dengan Tanjung Papuma.

Untuk mencapai Tanjung Papuma, kita harus melalui kawasan hutan milik Perhutani. Hutannya sebagian besar adalah hutan jati yang di-intensifikasi dengan tanaman-tanaman perdu. Aku agak lupa, tanaman apa saja, saking asyiknya menikmati pemandangan kanan dan kiri.

Nah, sesampai di pintu masuk..... ini nih. Sudah jelas harga tiket per orang atau per kendaraan tertulis besar-besar di banner pintu masuk. Tapi tetep aja calo menyerbu, terutama para calon pengunjung yang membawa mobil dengan plat nomor dari luar kota Jember. Kena pukul harga tiket melangit. Jadi kita harus pandai menawar.

Lalu perjalanan pun dilanjutkan. Awalnya kami ragu, mana ada pantai di daerah sini. Walau yakin aja karena sebelah selatan Jember so pasti laut selatan. Cuma setelah melewati hutan, kami berhadapan dengan sederet bukit yang menjulang. Ternyata eh ternyata, kita harus menembus bukit itu melalui jalan yang naik dan turun dengan curam. Nah, foto di atas itu diambil dari puncak bukit, sebelum kita turun ke pantai.

Berhubung kami berkunjung ke Tanjung Papuma saat liburan hari raya, walah..... penuuuhhhh. Penuh kendaaraan, penuh orang dan penuh sampah berserakan. Ya, daerah wisata ini menjadi tampak semrawut dan kotor. Belum lagi ketersediaan toilet atau kamar mandi yang terbatas. Tapi, gak usah dilihat itunya dah, karena, pas di garis pantai .... Subhanallah, keren banget.

Sebenarnya ada papan larangan untuk mandi/berenang karena memang ombak pantai selatan tinggi. Tapi tetep saja ada yang nyebur icip-icip, maksudnya ya di tepi-tepi aja. Karena memang kalau pas ombak tinggi datang, kita bisa keseret ombak. Senangnnya di Papuma tuh bisa ....
Hehehe, poto pertama aku dengan gaya kayak gini. Seumur hidup baru kali ini lo .... Dan ternyata gak hanya aku yang berusaha mengabadikan kebesaran Allah di sini. Banyak pengunjung yang mengambil gambar dirinya dengan background yang sama.
Tuh, di kejauhan ada 2 karang menjulang, ciri khas Tanjung Papuma. View-nya benar-benar menyejukkan mata, apalagi ada semilir bau ikan bakar di sepanjang pantai.

Di Papuma, pasirnya tidak murni putih. Foto dari kejauahan kelihatan putih ya. Tapi ternyata pasirnya putih bercampur kecoklatan. Biasanya pasir seperti ini banyak dipakai pembuat souvenir untuk hiasan. Dibandingkan Pantai Pasir Putih, di Situbondo, Tanjung Papuma lebih seru untuk bermain ombak. Kalau di Pasir Putih, kita bisa sewa perahu karena ombaknya tidak tinggi. Kalau di Papuma, sepertinya belum ada persewaan perahu. Ada sih, beberapa perahu lewat dengan para penumpang memakai pelampung, sepertinya dari pantai di sebalah Papuma.

Well, di Papuma, bermain dengan ombak saja sudah begitu menyenangkan.



Senin, 05 Agustus 2013

Tentang Keganjilan dan Kegenapan

Dunia ini selalu berpasangan, berjodohan.
Allah menciptakannya demikian, berpasang-pasangan. Tua muda, kaya miskin, rajin pandai, gelap terang, tinggi pendek, dan masih banyak lagi. Di dalam yang banyak itu ada juga ganjil dan genap.
Dan, Allah lebih menyukai yang ganjil. Tidak perlu ditanya kenapa. Itu hak Allah, Dia tidak akan memberikan jawaban.
Yang harus kita lakukan hanyalah, membuat Allah senang dengan apa yang kita lakukan dalam sesuatu hal yang dia senangi. Maksudnya, lakukanlah segala hal itu dengan hitungan ganjil. Termasuk juga dzikir.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...