Kamis, 09 Agustus 2012

Kapok Jualan Takjil


Ramadhan pasti gak lepas dari takjil. Dan takjil bisa didapatkan dengan mudah. Mau yang gratis ? Ngabuburit saja di mesjid atau musholla. Pasti dapat. Mau takjil yang beraneka ragam ? Stand takjil bertebaran dimana-mana. Tinggal sedia kocek tebal kalau mau beli aneka takjil. Mau diantar sampai ke pangkuan tangan ? Tinggal telpon aja ke Layanan Pesan Antar, asal ada pulsa.  Mau yang sesuai selera, ya buat sendiri dong ... hehehe.

Dan, Ramadhan 2009 adalah Ramadhan pertama aku berjualan takjil. Gak ada rencana sebelumnya, karena di setiap Ramadhan, keluargaku selalu membuat takjil sendiri, gak pernah beli. Asal muasalnya adalah, TK tempat aku mengajar, tiba-tiba punya niat untuk jualan takjil. Hasil penjualan akan digunakan untuk kas TK. Walhasil, semua guru wajib menjaga stand takjil.

Dan, rencana pun dibuat dengan matang. Wali murid yang membuat kue, dan guru yang menjaga stand. Lokasi yang dipilih pun sangat strategis. Pas di depan pintu keluar karyawan/buruh Pabrik PT. Kertas Leces ( yang waktu itu masih beroperasi 100 % ). Kabarnya, stand takjil di sana selalu ludes, habis, tandas dagangannya, diserbu para karyawan.

Dan, hari H pun dimulai. Di hari pertama berjualan takjil, aku sendiri gak yakin tumpukan kue dari wali murid di dua meja stand kami bakal laku. Sebab di kanan kiri kami, juga ada penjual takjil dan mereka adalah pedagang lama, yang tidak hanya berjualan di bulan puasa saja. Mereka bahkan sudah mangkal bertahun-tahun di sana. Tapi Bismillah saja deh, toh niat kami demi kebaikan. Menambah kas TK dan akan digunakan sebagian untuk memberi bingkisan lebaran bagi penduduk sekitar TK yang kurang mampu. Jadi kami harus bersemangat ! 

Dan ..... menunggu detik demi detik karyawan keluar dari pintu gerbang. Dan bruuulllll .... seperti gerombolan semut yang ditiup, karyawan pabrik yang keluar langsung menyerbu stand-stand takjil. Tentu saja termasuk stand takjil kami yang terletak tidak jauh dari pintu gerbang. Dan satu hal yang tidak aku perkirakan sebelumnya, mayoritas karyawan itu laki-laki. Gak kebayang kan maluuuuuuuuuuunya !!!! Terutama bagi kami para guru-guru TK yang pemalu ( uhuk ...) dan bening-bening ini ( hueekk .... ). Dan herannya yang menyerbu stang kami adalah laki-laki. Duh, kok pembelinya gak ada yang ibu-ibu sih ?

Dan bertransaksi dengan laki-laki itu kurang menyenangkan ! Jujur saja, nyodorin uang saja pakai mesem-mesem, dan yang ditanya pun macam-macam. Rumahnya di mana kek, naik apa datang ke situ kek, kok rajin jualan kek .... huaaah ! Dalam hati aku menjerit, suamikuuu help me ! Besok aku harus bawa anak kayaknya.

Hari pertama benar-benar membuatku mati kutu karena malu. Dan sudah bisa ditebak, esok hari, guru yang bertugas berjualan mulai berguguran. Siapa yang tahan diserbu semacam itu ? Kami di sekolah biasa diserbu laki-laki imut bin menggemaskan yang gak keberatan sama sekali bila dicubit pipinya, hehehe .... Lah ini ?

Tapi demi kas TK dan bingkisan lebaran untuk kaum Dhuafa, lanjut !

Ternyata tidak semudah itu. Hanya yang kuat malu yang bertahan menjaga stand. Alias yang sudah punya suami seperti aku. Guru yang lain mulai mengajukan daftar alasan supaya tidak menjaga stand. Dan, yang lebih membuat kesal adalah, wali murid mulai berguguran juga menyetorkan takjilnya. Aku maklum juga, siapa sih yang gak capek membuat kue tiap hari ? Apalagi niatan awal memang bukan buat bisnis, tapi menambah kas. Jadi, biar kue laku, harga dibuat sedikit lebih murah.

Akhirnya, direschedule lagi. Guru yang tidak menjaga stand, harus buat kue. Eh malah tidak ada yang jaga. Akhirnya aku dan satu teman yang setia berjaga saja yang membuat kue dan menjaga stand. Huhuhu ....  Terpaksa deh kukeluarkan jurus andalanku, getuk. Paling murah dan mudah membuatnya. Dan, tingkat ke-laku-an alias ke-laris-an kue-kue kami mulai berkurang. Karena ya itu tadi, tidak ada variasi kue di meja kami. Hadeehh. Sepertinya, rencana ini tidak bisa diulang lagi Ramadhan tahun depan. Kapoook.

Kini tiap Ramadhan, aku selalu teringat kisah ini setiap ngabuburit dan berjalan melewati stand takjil. Mupeng juga melihat stand yang ludes takjilnya, pasti dapat duit banyak, hehehe. Yang jelas, aku kini gak jadi guru TK lagi dan kudengar TK-ku gak lagi membuka stand takjil. Memang kalau mau berjualan takjil, harus diluruskan dulu niatnya dan diikat dengan kencang. Karena puasa Ramadhan dan ibadah lain di dalamnya juga membutuhkan energi dan waktu tidak sedikit. Sayang kan kalau Ramadhan terlewat dengan amalan kosong di dalamnya. Kalau bisa berjalan seiring dengan jualan takjil, bisa dobel untung. Kalau tidak, ya seperti kisahku di atas tadi.

Kalau mau berjualan takjil, pikir-pikir dulu deh !



2 komentar:

  1. Untungnya berarti banyak dong ya dari jualan takjil? Di sekitar rumahku juga tuh tiap tahun kian subur penjual takjil..tapi ada juga yg sampe adzan isya belum banyak lakunya..kasihan nih kalo yg model ini... Yaa, kalo emang rejeki nggak bakal lari ya meski saingan bejibun tapi kalo belon rejeki biar mencolok juga tetep aja nggak dilirik.

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah lumayan mbak, tapi ya itu, waktu habis untuk buat kue dan jaga stand. Apalagi kalau gak laku rasanya capeknya dobelll

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya ....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...